Senin, 10 Maret 2014

BAB I
TEORI PEMBANGUNAN, PERKEMBANGAN DAN MANFAAT BAGI ADMINISTRATOR PUBLIK
Tujuan pembelajaran:
1. Memahami teori pembangunan sebagai sebuah studi yang integratif
2. Memahami indikator keberhasilan pembangunan
3. Memahami dinamika perkembangan dari teori pembangunan
4. Memahami manfaat studi teori pembangunan bagi administrator
Indikator keberhasilan
Setelah membelajari Bab ini dan menyelesaikan tugas diharapkan mahasiswa;
1. Mampu menguraikan teori pembangunan sebagai sebuah teori yang integratif
2. Mampu menilai pembangunan melalui Indikator-Indikator yang telah diuraikan didalam bab ini
3. Mampu menguraikan secara sistematis dinamika perkembangan dari teori pembangunan
4. Mampu menguraikan secara sistematis mamfat studi teori pembangunan bagi Administrator Publik.
A.Teori Pembangunan sebagai studi integratif
Pembannguuan adalah upaya untuk membuat kehidupan yang lebih baik untuk setiap orang - (Peet and Hartwick2009).Hal ini berarti pembangunan merupakan sebuah upaya yang dapat membawa masyarakat mengikuti sebuah proses untuk mencapai kehidupan yang sebelumnnya dianggap tidak baik,atupun kurang baik, menjadi sebuah kondisi yang lebih baik. Meskipun demikian kondisi masyarakat yang lebih baik adalah sebuah kondisi yang tidak dapat ditunggalkan.Kondisi ini mempunyai banyak ukuran dan kriteria yang berbeda.Akibatnya, ukuran kondisi yang kebih baik bagi seseorang belum tentu baik menurut orang lain, bahkan dapat saja menajdi kondisi yang lebih buruk. Contohnya Pemerintah beranggapan kondisi yang lebih baik bagi bangsanya adalah tercapinya pertumbuhan ekononmi. Oleh karena itu pemerintah berusaha membuka sebanyak mungkin wilayah kantong-kantong pertumbuhan ekonomi yang dapat mendukung tujuan tersebut.. Namun dalam mencapai tujuan tersebut harus melalui proses penggusuran tanah masyarakat, lantaran upaya pembukaan wilayah baru membutuhkan banyak lahan. Sehingga upaya untuk memenuhi ukuran pertumbuhan ekonomi yang dianggap baik oleh
3
pemerintah, ternyata malah dirasakan sebagai sebuah kondisi yang buruk bagi masyarakat yang tergusur.
Ketidakmampuan memahami kebutuhan setiap masyarakat sering mengakibatkan administrator publik sebagai penyelenggara negara tidak akan mampu mewujudkan tujuan utama dari pembangunan yang diembanya. Ketidakmampuan ini tidak dapat dilepaskan dari keterbatasan teori-teori pembangunan yang tersedia dalam memahami kebutuhan manusia dan cara memenuhinya, dan ditambah lagi dengan pilihan teori yang dipilih dapat bias kepentingan ekonomi dan politik. Penggusuran misalnya, sering terjadi karena Administartor Publik hanya memahami pembangunan dari sudut pandang pertumbuhan ekonomi yang dingaap baik oleh pemerintah, tidak memandang pembangunan dari sudut pandang penjaminan kebutuhan dasar rakyat yang dinaggap baik oleh masyraakat..
Oleh karena itu, agar kinerja administrator publik dapat betul-betul mengarah pada pencapaian upaya perbaikan kehidupan masyarakatnya, maka teori-teori pembangunan yang mampu mejawab kebutuhan manusia dari beragam sudut pandang perlu tersedia. Agar supaya teori pemabngunan dapat mencapai tujuan tersebut, maka teori pembangunan harus dikembangkan dengan cara pemahaman multidisipner yang mampu terintegrasi menjadi satu pemahaman tentang cara memenuhi kebutuhan manusia. Integrasi ini bukan hanya integrasi antar Ilmu sosial, tetapi juga antar ilmu sosial dengan Ilmu alam. Pemahaman antar Ilmu Sosial dibutuhkan untuk memahami masyarakat yang terdiri dari manusia, makhluk yang multidimensional yang mempunyai banyak keinginan dan beragam ukuran dalam memandang hidup yang lebih baik.Dengan memahami manusia dari beragam sudut pandang, Ilmuwan Sosial yang berasal dari beragam disiplin Ilmu sosial seperti Politik,Ekonomi, Sejarah dan lain sebagainya akan dapat menegembangkan teori pembangunan yang yang dapat memahami manusia secara terintegratif, sekailgus cara untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Pemahaman terhadap Ilmu alam dibutuhkan karena manusia adalah makhluk yang pemenuhan kebutuhanya juga disanggah oleh alam. Jika alam mengalami penurunan kualitas dan kuantitas, maka hal ini akan berdampak pada penurunan kemampuan alam menyanggah kebutuhan manusia..Oleh karena hasil-hasil studi dari Ilmu alam yang telah mampu memahami perkembangan kondisi alam harus dapat diintegrasikan dengan
4
perkembangan ilmu sosial agar dapat menjadi acuan bagi Ilmuwan Sosial. Sebagai Contoh saat ini ilmu alam sudah mampu mengambarkan ancaman global dari kerusakan lingkungan hidup yang berdampak pada perubahan iklim, namun hal ini tidak mampu direspon ilmuwan sosial dengan baik.Kondisi ini berakibat para pengambil kebijakan publik ataupun tata kelola pemerintahan yang tersedia tidak mengarah pada upaya penyelesaian persoalan masalah perubahan iklim global, malahan meraka sering membuat kebijakan yang dapat memperparah kondisi yang sudah parah.
Dengan demikian, agar dapat membawa masyarakat kearah kehidupan yang lebih baik, para ilmuwan secara umunya dan teoritis teori pembangunan khusunya harus mampu merumuskan teori-teori yang mampu memahami kebutuhan manusia dari beragam sudut pandang..Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka teori pembangunan harus dapat dikembangkan menjadi sebuah teori yang mampu memiliki pemahaman multidisplner, baik antar rumpun Ilmu Sosial maupun antar Ilmu Sosial dengan ilmu alam.Pemahaman tersebut harus dapat menajdi sebuah pemahaman yang terintegratif.
B.Indikator pembangunan
Sebagaimana diuraikan diatas dalam memandang kriteria hidup yang lebih baik terdapat banyak sudut pandang, hal ini amat tegantung dari teori yang dianut. Keberagaman sudut pandang ini akan berdampak pada keberagaman indikator dalam mengukur keberhasilan pembangunan..Dalam praksisnya ukuran dalam pembangunan bukanlah sesuatu yang bebas kepentingan. Bagi penyelenggara negara ukuran dalam membangun sering digunkan untuk mengklaim hasil kinerja mereka dalam membangun.tentunnya dengan menggunakan ukuran yang berpihak pada kepentingan mereka. Sebaliknya bagi kaum pengkritik pemrintah, ukuran keberhasilan pembangunan sering digunakan untuk mengkritik pemerintah, tentunya juga dengan kriteria dan ukuran yang berpihak pada kepentingan mereka. Sebagai contoh ketika dalam sebah negara pertumbuhan ekonominya meningkat, maka pemerintahnya akan menonjolkan keberhasilan meraka dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meskipun dalam negara tersebut juga terjadi kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan hidup. Sebaliknya, para pengkritik akan menonjolkan kegagalan pemerintah dalam hal kerusakan lingkungan hidup dan pemerataan.
5
Dalam bukunya yang berjudul Teori Pembangunan Dunia Ketiga Arief budiman (1995) menguraikan ada lima pendekatan yang digunakan untuk mengukur pembangunan. Berikut akan diuraikan ukuran keberhasilan pembangunan yang telah dihimpun oleh Arief budiman tersebut. Setalah uraian ini penulis akan menawarkan cara yang perlu dilakukan untuk mengukur keberhasilan pembangunan menurut pendapat penulis.
1.Kekayaan rata-rata.
Menurut pendekatan ini sebuah masyarakat dikatakan berhasil membangun bila pertumbuhan ekonomi didalam masyarakat tersebut cukup tinggi. Cara mengukurnya adalah diukur dari Gross National Product (GNP) dan Gross Domestic Product ( GDP) yang dibagi dengan Jumlah penduduk. Dengan demikian dapat diukur produksi rata-rata setiap orang dari sebuah negara.
2. Pemerataan ketiga.
Pendekatan ini mengkrtik pendekatan pertama yang hanya mengukur kemakmuran sebuah negara hanya dari produksi rata-rata orang disetiap negara. Menurut pendekatan ini bisa jadi kekayaan rata-rata tersebut hanya dinikmati oleh sebagain kecil orang, dan sebagian besar orang yang lain yang tidak mendapat akses terhadap pertumbuhan ekonomi tetap hidup dalam kemiskinan. Oleh karena itu pendekatan ini menekankan pada pentingnya pemerataan terhadap hasil-hasil dari pertumbuhan ekonomi. Cara yang dilakukan dalam pendekatan ini adalah dengan melihat berapa prosen dari GNP di raih oleh 40% penduduk miskin, dan berapa persen dari 40% dinikmati pendudk menengah,serta berapa prosen dari 20% dinikmati penduduk kaya.Kalau terjadi ketimpangan yang luar biasa maka pemerataan dalam negara tersebut dianggap tidak tercapai. Cara lain adalah dengan menggunakan indeks gini. Indeks ini diukur dengan angka antara 0-1. Bila indeks gini sama dengan satu maka terjadi ketimpangan maksimal,tapi bila 0 maka ketimpangan tidak ada.Jadi semakin kecil indek gini maka semakin kecil pula ketimpangan yang terjadi dalam sebuah negara.
3. Kualitas Hidup
Pendekatan ini tidak hanya mengukur pembangunan dari sudut pandang ekonomi,melainkan menekanakn pada kesejahteraan penduduk. Salah satu tolak ukur yang digunakan adalah pendapat moris yang mengenalkan PQLI (Physical Quality
6
Indeks), yang mengukur tiga indikator yaitu : (1) rata-rata harapan hidup (2) Rata-rata jumlah kemtian bayi (3) Rata-rata presentasi bauta huruf.Ketika indeks ini di dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi ternyata di masyarakat negara berkembang terdapat ketidaksesuaian antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk.
4. Kerusakan Lingkungan Hidup
Pendekatan ini menekankan pada pentingnya aspek lingkungan hidup sebagai indikator dalam pembangunan. Pendekatan ini berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi dan pemerataan yang didapat saat ini, bisa tidak berarti apa-apa bila harus mengorbankan lingkungan hidup. Bagi pendekatan ini kerusakan lingkungan hidup agar berdampak buruk terhadap masyrakat tersebut dimasa depan. Sebab bila kemampuan lingkungan menurun untuk memenuhi kebutuhan manusia menurun,maka hal tersebut akan memiskinkan masyarakat tersebut di masa depan. Oleh karena itu, pendekatan ini memasukan kemampuan untuk melakukan pelestarian terhadap lingkungan hidup sebagai faktor penting yang menentukan keberhasilan pembangunan.
5.Keadilan sosial dan kesinambungan
Pendekatan ini menggabungkan dua pendekatan yang sebelumnya sudah melakukan krtitik terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai orientasi utama, yaitu pendekatan pemerataan dan lingkungan hidup. Dalam pendekatan ini keberhasilan pembangunan dapat diukur dari sejauh mana pemerataan dapat terwujud, sekaligus lingkunagn hidup tetap lestari.
Menurut pendapat saya kelima ukuran pembangunan tersebut bias sudut pandang orang luar dalam memandang sebuah indikator kehidupan yang lebih baik dalam sebuah masyarakat. Para teoritikus hanya mengukur dari sudut pandang mereka, tapi tidak memperhitungkan ukuran hidup yang lebih baik menurut Indikator masyarakat sendiri. Pandangan seperti ini hanya menempatkan masyarakat sebagai objek dari pembangunan. Padaha yang paling mengerti tentang kebutuhan masyarakat sendiri tentunya hanya diri mereka sendiri.Posisi orang luar hanya dapat memperkirakan apa yang dibutuhkan masyarakat. Ditambah lagi kebutuhan masing-masing masyarakat tidak bisa disamakan, sebab kondisi lingkungan fisik, sosial dan budaya yang melatar belakangi sebuah masyarakat tidak seragam. Oleh karena itu, cara mengukur Indikator keberhasilan
7
pembangunan perlu ditambah dengan menjadikan masyarakat sebagai subjek dari pembangunan. Kondisi dapat dilakukan dengan memberikan ruang pada masyarakat untuk mengukur kerhasilan pembangunan menurut ukuran mereka sendiri.Bila pembangunan diperuntukan bagi masyarakat, maka rakyat harus dianggap mampu merumuskan kebutuhanya sendiri.Langkah yang perlu dilakukan untuk memahami kebutuhan masyarakat adalah dengan melibatkan masyarakat dalam menentukan kebutuhan sendiri dan menilai sendiri apakah kebutuhanya sudah terpenuhi atau tidak dalam proses pembangunan. Dengan menggunakan mekanisme yang partisipatif seperti ini akan didapatkan ukuran-ukuran dan kriteria-kriteria keberhasilan pembangunan yang berbasis pada kebutuhan masyarakat secara nyata dan tentunya hasilnyaa tidak seragam, melainkan sangat beragam tergantung pada kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada didalam masyarakat tersebut.
C. Dinamika Perkembangan Teori Pembangunan.
Teori pembangunan diproduksi oleh para teoritis yang mempunyai beragam sudut pandang dan mereperentasikan banyak kepentingan. Teori pemabngunan yang dominan merepresentasikan kepentingan yang dominan dalam sebauh kelompok masyarakat. Sejak Masa pencerahan dan dilajutkan denagn Revolusi Indsutri teori pembangunan di masyarakat barat sangat didomiansi kepentingan kelas dominan yaitu kelas kapitalis. Kepentingan kelas dominan ini selalu mendapat kritik dari kaum yang mengkritik sistem kapitalisme. Kritik-kritik ini pada akhirnya akan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan teori pembangunan. .
Richer Peet and Elaine Hartwick (2009) membagi dua bagian besar teori pembangunan yang akan kita perdalam pada bab-bab berikut dari diktat ini, yang pertama Teori pembangunan yang dikelompokanya sebagai Teori pembangunan Konvensional, teori ini diposiskan sebagai sebuah teori yang menerima keberadaan struktur kapitalisme sebagai jenis terbaik masyarakat.Teori ini menekankan pada pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi. Sedangakan problem yag muncul sebagai akibat untuk mencapai tujuan tersebut,seperti ketidakadilan sosial;kerusakan lingkungan hidup, dipandang hanya dampak dari upaya untuk mencapai tujuan itu. Teori –teori yang berada dalam garis Teori pembangunan konvensional adalah teori ekonomi klasik, Teori Ekonomi neo klasik, Teori keynesian, Teori modernisasi dan teori Neo-liberalisme dan termasuk juga
8
Sustainable Development. Meskipun berada dalam satu garis teori yang dapat digolongkan konvensional teori-teori ini tetap melakukan kritik sekaligus saling melengkapi satu dengan yang lainya
Teori konvensional hadir sebagai hasil zaman pencerahan yang telah melahirkan cara berpikir rasional dan empiris yang berkontribusi besar bagi munculnya peradaban moderen. Cara berpikir baru ini berpengaruh besar terhadap kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berdampak pada terjadinya perubahan tatanan kelas-kelas sosial dalam masyarakat barat yang sebelumnya didominasi oleh kelas-kelas bangsawan dan gereja menjadi didominasi oleh kelas-kelas pemilik modal. Dalam melakukan peranya sebagai pemain baru dalam proses perubahan sosial kaum pemilik modal ini membutuhkan teori-teori yang melegitimasi peran penting mereka dalam kehidupan sosial dan ekonomi pada abad baru ini.Dalam hal teori konvensional awal, yaitu teori ekonomi klasik yang megenalkan konsep akumulasi kapital dan pasar bebas mempunyai peran penting dalam proses awal perubahan ini. Dengan demikian kemunculan teori-teori konvensional tidak dapat dilepaskan dari kepentingan kelas kapitalis.
. Kedua, Teori Unconventional. Teori ini merupakn antitesis dari teori pembangunan konvensional yang telah menndominasi peradaban moderen saat ini. Berkebalikan dengan teori konvensional,teori-teori yang berada pada garis pemikiran unconventional tidak menerima sistem kapitalisme sebagai sistem masyarakat terbaik, bahkan ada juga yang menolak ie-ide pencerahan yang telah membentuk peradaban moderen.
Meskipun sama-sama tidak menerima kapitalisme sebagai sebuah tatanan masyarakat yang ideal, teori-teori yang berada pada garis pikir unconventional tidak seragam. Teori-teori ini mempunyai perbedaan mendasar dalam memandang sistem ideal masyarakat. Perbedaannya adalah antara teori –teori yang dipengaruhi cara berpikir marxis dan teori yang tidak berada pada garis pemikiran marxis. Teori yang berada pada garis pikir marxis adalah teori yang mengkritik langsung dominasi kapitalisme dalam peradaban manusia, yang dianggap sebagai sebuah sistem ekonomi yang ekploitatif terhadap kelas yang tidak bermodal, namun teori ini masih berada dalam satu cara berpikir dengan teori konvensional, yaitu masih berada dalam cara berpikir moderen. Teori ini hadir ketika dominasi kapitalisme telah memunculkan dampak buruk bagi masyarakat eropa pada saat itu, yaitu kesenjangan sosial yang muncul akibat ekploitasi terhadap kaum buruh. Dalam
9
hal pendekatan analisis teori ini menggunakan analisi struktural dalam menganalis hubungan-hubungan sosial yang ada didalam masyarakat. Dalam analisis ini perbedaan penguasaan terhadap faktor produksi menjadi variabel utama yang harus diperhatikan Teori Pembangunan yang berada pada garis pikir marxis adalah teori ketergantungan.
Sedangkan teori kedua adalah yang tidak dipengaruhi oleh cara berpikir marxis. Teori ini menempatkan diri pada posisi teori yang melakukan kritik terhadap peradaban moderen yang dibangun dari cari berpikir rasional dan empiris pada abad pencerahan. Menurut teori ini peradaban moderen saat ini tidaklah membawa kehidupan masyarakat yang lebih baik. Peradaban moderen dianggap telah menciptakan penunggalan kebenaran yang telah menindas kebenaran lain yang berbeda dengan cara berpikir moderen Menurut penganut teori ini doimanasi kebenaran yang ciptakan dalam peradaban moderen dianggap telah berdampak pada dehumanisasi. Teori Pembangunan yang berada pada posisi ini adalah teori Postruktural dan poskolonialisme.
Selaian diisi perbedaan garis teori antara conventional dan unconventional dinamika teori pembangunan juga diisi dengan persoalan bagaimana memposisikan perempuan dalam proses pembangunan. Teori-teori ini disebut dengan Teori pembangunan Feminsme. Teori yang berusaha memahami cara agar perempuan hidup lebih baik ini, mempunyai kebergaman persepktif yang juga dipengaruhi cara berpikir conventional dan unconventional. Teori konventional seperti Women In development (WID) menekan peran permpuan untuk mendukung sistem kapitalisme yang telah mapan. Sedang teori-teori lainya seperti Women And Development ( WAD) dan Gender And Development (GAD) menekankan pada pembelaan terhadap posisi perempuan yang dianggap dirugikan oleh eksisnya sistem kapitalisme.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kemuculan teori pembangunan tidak dapat dilepaskan dari kepentingan dan konteks sosial yang berpengaruh besar pada zaman tersebut. Teori conventional lahir sebagai kritik terhadap zaman feodal yang didominasi oleh kaum bangsawan, sekaligus sebagai upaya untuk memperkuat posisi kaum kapitalis. Sedangkan teori unconventional muncul dilatarbelaksngi oleh dua kritik. Kritik pertama adalah krtik langsung terhadap dominasi sitem Kapitalisme,sedang kritik terhadap domiasi cara berpikir Ilmiah yang diciptakan dalam peradaban moderen. Selaian itu dinamaika teori pembanguan juga dipengaruhi oleh perdebatan mengenai posisi
10
perempuan dalam upaya mencapai kehidupan yang lebih baik untuk kaumnya. Pada bagian-bagian berikut dari diktat akan diuraikan dengan lebih detail lagi dari teori-teori tersebut.
D.Manfaat Studi Teori pembangunan bagi Administrator Publik
Apa manfaat mempelajari teori pembangunan bagi seorang administrator Publik? Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu perlu kita pahami apa tugas dari seorang admintrator publik dalam pembangunan. Dalam proses pembangunan seorang adminstrator publik berperan besar dalam proses kebijakan pembangunan, yatu dari proses merumuskan, memilih kebijakan yang tepat, menjalankan kebijakan dan juga memonitoring dan mengevaluasi kebijakan. Dalam proses tersebut seorang administrator publik harus mampu mengelola kebijakan agar dapat mencapai tujuan pembangunan.
Dari uraian diatas telah diuraikan bahwa dalam studi teori pembangunan di pelajari tentang beragam cara berpikir dalam memandang hidup yang lebih baik. Dari kebeargaman tersebut maka terdapat banyak pilihan-pilihan yang dapat dipilih, sekaligus cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembangunan. Dengan demikian, dengan meguasai teori pembangunan seorang administrator public akan mempunyai kemampuan untuk membuat sebuah perencanaan pembangunan dengan banyak perspektif.sehingga ketika mengambil keputusan dapat menghasilkan sebuah keputusan yang betul-betul hasil dari pilihan-pilihan yang telah mempertimbangkan banyak kepentingan. Penguasaan terhadap teori pembangunan juga akan sangat membantu adminsitrator public dalam mengimplementasikan kebijakan, karena teori pembangunan tidak hanya berbicara tentang idealitas tetapi juga cara-cara untuk mencapai idealitas tersebut. Penguasaan terhadap teori pembangunan juga akan membantu administrator public dalam membangun indicator-indikator ketika memonitoring dan mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dikerjakan.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.Arief Budiman(1997),Teori Pembangunan dunia ketiga, Gramedia
2.Richard peet and elaine harttwick,(2009) Theories of Development contentations,Argumentation, Alternative, Guiliford Press
3.Micheil redelif,(1987) Suistanable development exploring the contradiction methuen and Co ltd
4.Robert chambers,(1983) Pembangunan desa mulai dari belakang, LP3 ES
5.A.Sony keraf,(2002) Etika Lingkungan, PT Kompas Media Nusantara
5.Soejatmoko,(1983) Dimensi Manusia dalam pembangunan
6.Mansour Fakih (2002),Runtuhnya Teori Pemabangunan dan Globalisasi Insist Press
Tugas
1.Buatlah kliping sebuah berita yang berisi tentang klaim pemerintah pusat ataupun daerah tentang keberhasilan mereka dalam menjalankan pembangunan
2.Tuliskan pendapat anda tentang berita tersebut (menggunakan kertas polio minimal satu halaman)
Latihan Soal:
1.Apa yang dimaksud dengan pembangunan?
2. Mengapa studi teori pembangunan perlu menggunakan pendekatan yang terintegratif?
3.Apa pendapat anda tentang indikator-indikator pembangunan yang telah eksis saat ini? Menurut anda apakah indicator-indikator tersebut sudah mereperesentasikan kebutuhan masyarakat?
4.Apa perbedaan teori pembangungan yang menganut garis berpikir Conventional dan Unconventional?
5.Apa manfaat studi tentang teori pembangunan bagi administrator public?

ISI BUKU PANDUAN GURU

  •   Petunjuk Penggunaan
Sebelum pembelajaran dimulai, guru hendaknya telah memahami isi buku panduan guru dan memberikan petunjuk kepada siswa tentang cara menggunakan bahan ajar sebagai berikut:
Ø  Siswa diminta untuk memahami petunjuk-petunjuk dalam mempelajari bahan ajar serta buku panduan siswa
Ø  Siswa disarankan untuk mempelajari terlebih dahulu bahan ajar sebelum dibahas di dalam kelas agar siswa memiliki pemahaman yang lebih mendalam
Ø  Peran serta siswa lebih diutamakan.  Kelas diharapkan lebih banyak diwarnai oleh diskusi dan tanya jawab tentang berbagai permasalahan yang berkaitan dengan materi yang dibahas
Ø  Ketrampilan psikomotorik hendaknya benar benar dilaksanakan dengan praktek dilapangan. Guru memfasilitasi praktikum dengan berkoordinasi dengan pengelola Unit Pengolah Pakan Ternak dan panitia pengadaan barang sehingga semua bahan dan alat yang diperlukan tersedia pada saat diperlukan.
Ø  Guru menjadwal pertemuan dengan siswa untuk penilaian hasil praktek apabila tidak memungkinkan dilakukan pada jam pelajaran.
Ø  Guru merupakan motivator dan fasilitator dalam pembelajaran ini. Bahan ajar ini bukan satu-satunya sumber belajar sehingga siswa juga disarankan untuk memperdalam pengetahuannya dengan membaca referensi yang relevan
  •  Komponen Bahan Ajar
Bab-bab dalam bahan ajar ditata secara sistematis dan konsisten. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi belajar siswa.  Adapun susunan tiap babnya terdiri atas:
1)      Judul Bab
Judul bab memberikan gambaran tentang isi bab dan ditulis dengan kata yang ringkas.  Penjelasan yang singkat tetapi jelas sangat membantu untuk memusatkan perhatian.
2)      Kerangka Isi
Kerangka isi dalam bahan ajar  merupakan salah satu bagian (alat) yang membantu pembaca.  Lima hal yang membantu pembaca dalam bahan ajar yaitu kerangka isi tiap bab, heading dalam teks, rangkuman, glosarium untuk kata kata teknis dan  sumber pendukung.
3)      Tujuan Pembelajaran Umum dan Tujuan Pembelajaran Khusus
Merupakan elaborasi dari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari kurikulum yang ada di SPP Pelaihari.
4)      Konsep Kunci
Konsep kunci merupakan bagian inti bab. Bagi siswa akan memandu mempelajari penekanan materi.
5)      Uraian Materi
Uraian materi berisi pengetahuan yang diperlukan siswa untuk memahami permasalahan, tujuan, manfaat dan proses dalam pengolahan pakan.  Pengetahuan tersebut diharapkan akan memperluas wawasan siswa dan memotivasi untuk mempraktekkannya.
Uraian ditulis dengan bahasa yang sederhana disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa SPP Pelaihari.  Panjangnya uraian disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan jumlah jam pembelajaran di kelas.
6)      Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum berisi prosedur pengolahan pakan yang akan dilakukan oleh siswa disertai dengan petunjuk keselamatan kerja dan koordinasi kegiatan selama praktikum.  Tujuannya adalah agar siswa bisa mempelajari lebih dahulu prosedur sebelum pembelajaran bersama guru.  Dengan pengetahuan yang telah dimiliki, proses praktikum akan lebih efektif.
Prosedur dalam praktikum penerapan teknologi dalam pengolahan pakan tidak memerlukan simulasi karena alat, bahan dan prosesnya tidak membahayakan praktikan.  Tetapi petunjuk keselamatan tetap diberikan untuk langkah langkah tertentu.  
7)      Rangkuman
Rangkuman ditempatkan pada setiap bab agar bisa digunakan untuk tinjauan (review) pokok pokok pikiran dalam teks dan mengingat kembali hal hal yang penting. Rangkuman pada bahan ajar ditulis dalam kotak tersendiri.
8)      Latihan Akhir Bab
 Latihan akhir bab dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian siswa setelah proses pembelajaran kemampuan intelektual. Latihan akhir bab berguna untuk mengukur  kemampuan siswa dalam memahami materi.  Hasilnya bagi guru berguna untuk membimbing dan memperbaiki proses pembelajaran.
Latihan diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda .  Banyaknya soal disesuaikan dengan banyaknya uraian materi.
Pemilihan bentuk soal pilihan ganda didasarkan 2 pertimbangan. Bila disusun dengan baik soal pilihan ganda dapat meminimalkan kemungkinan siswa menebak nebak.  Bila ditulis dengan baik pilihan ganda juga dapat menyadap tipe-tipe berpikir dan ketrampilan analitik yang lebih tinggi (Arends, 2001: 237).
9)      Kunci Jawaban
Kunci jawaban atau umpan balik atau pengetahuan tentang hasil untuk kinerja yang baik memberikan motivasi intrinsik.  Untuk kinerja yang buruk, umpan balik memberikan informasi yang dibutuhkan siswa untuk memperbaiki diri (Arends, 2001:163).
10)  Sumber Pendukung
Sumber pendukung ditulis dengan tujuan agar siswa yang ingin mendalami materi lebih lanjut bisa mencari bacaan tambahan di perpustakaan sekolah ataupun melalui internet.  Materi dalam sumber pendukung akan memperluas wawasan siswa tentang usaha dan penelitian teknologi pengolahan pakan di berbagai negara.
11)  Glosarium
Golsarium berisi daftar penjelasan istilah istilah teknis dalam materi penerapan teknologi dalam pengolahan pakan yang sedang dipelajarai.  Glosarium memberikan informasi tentang istilah istilah yang belum dipahami pembaca. Untuk memudahkan pencarian maka penyusunannya didasarkan abjad awal kata.
  •   Identitas Mata Pelajaran
Standar Kompetensi  : Penerapan Teknologi dalam Pengolahan Pakan
Mata Pelajaran          : Usaha teknologi produksi HMT dan IPT
Semester                       : 4 (empat)
Jenjang                         : Sekolah Menengah Kejuruan
Program Studi              : Produksi Peternakan
Sekolah                        : Sekolah Pertanian Pembangunan Pelaihari
  •  Karakteristik  Pembelajaran
Pembelajaran penerapan teknologi dalam pengolahan pakan adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan intelektual dan psikomotorik siswa . Pembelajaran bisa dikembangkan dengan  ceramah dan diskusi untuk  pengembangan kemampuan intelektual. Sedangkan untuk kemampuan psikomotor dengan praktikum. Pembahasan tentang hasil praktikum diperlukan guna perluasan wawasan siswa, jadi ketrampilan yang dikuasai tidak hanya bersifat motorik semata.
Tujuan mata pelajaran ini bagi siswa SPP Pelaihari adalah mengembangkan wawasan siswa terhadap pentingnya pakan dalam usaha peternakan.  Khusus untuk semester 4 bertujuan untuk membuat siswa mampu menerapkan teknologi dalam pengolahan pakan dan menghitung biayanya. 
Materi penerapan teknologi dalam pengolahan pakan terbagi atas enam topik utama sebagai berikut:
1.      Pengolahan Pakan Jadi
2.      Pengolahan  Jerami
3.      Pembuatan Silase
4.      Pembuatan Hay
5.      Pembuatan Urea Molases Blok
6.      Biaya Produksi Pengolahan Pakan
  •  Karakteristik Siswa
Memahami karakteristik siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Banyak karakteristik yang dapat diidentifikasi dari siswa yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran seperti kemampuan awal, motivasi belajar dan gaya belajar siswa.
Siswa yang akan mempelajari kompetensi penerapan teknologi dalam pengolahan pakan merupakan siswa yang sebelumnya telah belajar tentang identifikasi bahan pakan ternak, menganalisa bahan pakan ternak, penanaman hijauan makanan ternak, sistem penggembalaan ternak, menyusun formulasi dan mencampur bahan pakan.
Anak remaja telah memiliki kemampuan untuk memperbaiki, menganalisa, membandingkan dan memutarbalikkan hubungan yang abstrak ( Djiwandono, 2004: 98). Mereka juga sudah mampu untuk memberikan alasan yang masuk akal tentang situasi dan kondisi yang tidak dialami.  Remaja dapat menerima pikiran pikiran orang lain demi menjaga ketertiban diskusi. Oleh karena itu penggunaan metode diskusi bisa efektif untuk anak SPP.
Siswa yang mengetahui kegunaan pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari akan memiliki motivasi tinggi untuk mencapai tujuan pembelajaran              ( Pribadi, 2009: 21). Selain itu, motivasi intrinsik untuk belajar sesuatu dipertinggi oleh penggunaan materi yang menarik dan juga dengan berbagai cara penyampaian materi pembelajaran (Djiwandono, 2004:360).
  •   Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah pembelajaran penerapan teknologi dalam pengolahan pakan maka diharapkan :
1.      Siswa mampu membuat pakan jadi
2.      Siswa mampu mengolah jerami
3.      Siswa mampu membuat silase
4.      Siswa mampu membuat hay
5.      Siswa mampu membuat urea molasses blok
6.      Siswa mampu menghitung biaya produksi pengolahan pakan
  •  Tujuan Pembelajaran Khusus
a.       Tujuan Pembelajaran Umum 1
1)      Siswa mampu menjelaskan secara singkat alur pemrosesan pakan jadi bentuk mash, pellet dan crumble
2)      Secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan penggilingan bahan pakan bijian menggunakan hammer mill
3)      Secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan penggunaan mixer vertical untuk mencampur pakan
4)      Diberikan berbagai macam bahan, secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan pembuatan pellet salah satu jenis pakan unggas
5)      Secara individu, siswa mampu memberi label pada kemasan pakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku
6)      Secara individu, siswa mampu mendemonstrasikan penggunaan mesin jahit karung
b.      Tujuan Pembelajaran Umum 2
1)      Siswa mampu menerangkan tujuan pembuatan amoniasi jerami dengan kata kata sendiri
2)      Siswa mampu menjelaskan proses pembuatan amoniasi jerami dengan kata kata sendiri
3)      Diberikan contoh produk, siswa mampu membedakan kualitas jerami amoniasi
4)      Siswa mampu menjelaskan penggunaan jerami amoniasi dengan kata kata sendiri
5)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu mendemonstrasikan pembuatan amoniasi jerami padi cara basah
6)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan tujuan hidrolisis jerami
7)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan metode hidrolisis jerami
8)      Secara berkelompok, siswa mampu melakukan hidrolisis jerami padi dengan soda api
9)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan tujuan fermentasi jerami
10)  Secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan proses fermentasi jerami
11)  Secara berkelompok, siswa mampu menganalisa hasil akhir proses fermentasi jerami
c.       Tujuan Pembelajaran Umum 3
1)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan pengertian silase
2)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan tujuan pembuatan silase
3)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan proses ensilase
4)      Tanpa melihat bahan ajar,siswa mampu menjelaskan kualitas silase
5)      Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menyebutkan penggunaan silase
6)      Secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan pembuatan silase rumput
7)      Secara berkelompok mampu menganalisa penyebab kegagalan atau keberhasilan pada pembuatan silase rumput
d.      Tujuan Pembelajaran Umum 4
1)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan tujuan pembuatan hay
2)        Tanpa melihat bahan ajar,siswa mampu menjelaskan prinsip pembuatan hay
3)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan metode pembuatan hay
4)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menyebutkan ciri ciri hay berkualitas
5)        Secara berkelompok, siswa mampu mendemonstrasikan pembuatan hay rumput
6)        Secara berkelompok mampu menganalisa kegagalan dan keberhasilan  pembuatan hay
e.       Tujuan Pembelajaran Umum 5
1)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan tujuan pembuatan urea molasses blok
2)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan formulasi urea molasses blok
3)        Tanpa melihat bahan ajar, siswa mampu menjelaskan penggunaan urea molasses blok menggunakan kata kata sendiri
4)        Diberikan berbagai macam bahan, siswa mampu mendemonstrasikan pembuatan urea molasses blok cara hangat secara berkelompok
5)        Secara berkelompok mampu menganalisa kegagalan dan keberhasilan  pembuatan urea molasses blok cara hangat
f.       Tujuan Pembelajaran Umum 6
1)        Menggunakan kalkulator, siswa mampu mengaplikasikan rumus untuk menghitung biaya  tetap pengolahan pakan
2)        Menggunakan kalkulator, siswa mampu mengaplikasikan penghitungan biaya variabel pengolahan pakan
3)        Menggunakan kalkulator, siswa mampu menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel pengolahan pakan
  •  Alokasi Waktu Pembelajaran
Bahan ajar ini dirancang untuk disajikan pada semester IV dengan jumlah pertemuan sebanyak 17 kali.  Tiap pertemuan berlangsung selama 2 x 45 menit. 
Karena karakteristik ketrampilan psikomotoriknya, disamping waktu pembelajaran di kelas, akan diperlukan waktu tambahan untuk praktik. Tambahan waktu bisa didiskusikan dengan siswa agar tercapai kesepakatan.

Mengingat banyaknya praktikum dalam materi ini, maka pembagian alokasi waktu untuk kegiatan pembelajaran dapat diatur sebagai berikut:
Pertemuan ke-
Materi kegiatan Pembelajaran
1
Pembukaan Pembelajaran
1.      Identifikasi Karakteristik Siswa
2.      Penyampaian Garis Garis Besar Pembelajaran: tujuan pembelajaran, pokok bahasan, kerangka isi, strategi pembelajaran, tugas-tugas dan penilaian hasil belajar
2
Pemrosesan pakan di pabrik dan secara manual
3,4,5
Praktikum pembuatan pakan jadi sesuai ketersediaan peralatan di SPP Pelaihari
6
Pengolahan jerami (amoniasi, hidrolisis dan fermentasi)
7,8,9
Praktikum pembuatan jerami amoniasi , hidrolisis jerami dengan soda api dan fermentasi jerami
10,11
Pembuatan silase
Praktikum pembuatan silase rumput dengan satu jenis starter
12,13
Diskusi pembuatan hay
Praktikum pembuatan hay rumput
14,15
Diskusi pembuatan Ures Molases Blok
Praktikum pembuatan UMB dengan cara panas
16, 17
1.Kategorisasi biaya produksi
2. Latihan menghitung biaya produksi pakan meliputi perhitungan penyusutan, biaya tetap dan biaya tidak tetap.
     
  • Model Desain Pembelajaran
Model desain pembelajaran yang digunakan untuk merancang bahan ajar penerapan teknologi dalam pengolahan pakan ini adalah Model Dick & Carey. Model ini adalah model desain pembelajaran yang awalnya disusun oleh Walter Dick dan Lou Carey.  Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Walter Dick, Lou Carey dan James O. Carey menjadi 10 langkah prosedural, yaitu: 1) Mengidentifikasi tujuan pembelajaran 2) Melakukan analisis pembelajaran, 3) Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran 4) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus 5) Mengembangkan instrumen penilaian 6) Mengembangkan strategi pembelajaran, 7) Mengembangkan dan memilih materi ajar, 8) Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif, 9) Melakukan revisi terhadap program pembelajaran dan 10) Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.
Dalam pengembangan bahan ajar ini, pengembang hanya membatasi sembilan langkah. Evaluasi sumatif tidak melibatkan perancang program, tetapi melibatkan penilai independen. Hal ini merupakan satu alasan untuk menyatakan bahwa evaluasi  sumatif tidak tergolong ke dalam proses desain sistem pembelajaran.
Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini telah terbukti dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
  •   Strategi Pembelajaran
Bahan ajar ini dirancang untuk dimanfaatkan oleh guru dan siswa sebagai sumber belajar dalam pembelajaran materi penerapan teknologi dalam pengolahan pakan. Strategi yang digunakan adalah pembelajaran yang melibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Strategi pengajaran yang dengan aktif melibatkan siswa dalam pelajaran berperan dalam ingatan jangka panjang ( Slavin, 2006: 228).
Metode ceramah bisa digunakan untuk sebagian waktu tetapi diskusi kelompok dan diskusi kelas sebaiknya lebih banyak digunakan.  Untuk ketrampilan psikomotorik dilakukan dengan praktik lapangan.  Model pembelajaran yang telah banyak digunakan untuk pembelajaran ketrampilan adalah training model.
Pembelajaran dilakukan secara berkelompok terutama untuk praktikum.  Hal ini karena pertimbangan kondisi SPP Pelaihari dan didasari teori psikologi pembelajaran social. 
Berikut ini adalah kajian teori tentang strategi pembelajaran yang dipilih.
A.    Model Pembelajaran Pelatihan (Training Model)
Strategi untuk mengajarkan pengetahuan procedural  yang efektif adalah latihan yang diikuti  dengan umpan balik.  Apabila prosedur itu merupakan pengenalan pola , maka kesempatan untuk mengklasifikasi contoh contoh baru dari pola hendaknya diberikan.  Umpan balik tidak hanya memperlihatkan apakah yang dilakukan itu betul , tetapi juga bila jawabannyatidak betul, harus ditunjukkan mana dari jawaban yang tidak betul dan mana bagian yang betul.  Bila prosedur merupakan urutan aksi, soal soal hendaknya berupa aplikasi dari prosedur dan umpan balik hendaknya menunjukkan secara tepat dalam hal apa aplikasi itu tidak betul atau cara tepat bagaimana cepatnya suatu prosedur yang betul diterapkan (Dahar, 1988).
SPP sebagai salah satu sekolah kejuruan bidang pertanian menitik beratkan kurikulumnya pada pembelajaran ketrampilan.  Apapun jenis kurikulum yang pernah diterapkan di SPP, pembelajaran ketrampilan selalu ada di SPP.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan ketrampilan adalah model pelatihan (Training Model).  Training model bukanlah model pembelajaran baru, yang bahkan mungkin sudah diterapkan sebagian atau seluruhnya oleh para guru SPP. 
Tidak banyak tulisan baru tentang model pembelajaran ini.  Mungkin karena telah banyak model pembelajaran baru yang dianggap efektif untuk diterapkan.  Tetapi training model masih menjadi model yang banyak digunakan, terutama oleh para pelatih dan guru olah raga, instruktur pada kursus ketrampilan,widya iswara pada pelatihan teknis dan lain lain.
Model Pengajaran Training  menurut Joyce dan Weil (1980) memiliki lima fase yaitu klarifikasi tujuan, penjelasan teori, demonstrasi unjuk kerja yang benar, praktek simulasi dengan feed back dan transfer training.
Fase pertama klarifikasi, dimulai dengan pernyataan tujuan, hal ini penting karena tujuan harus spesifik dan jelas dipahami siswa. Fase kedua, penjelasan teori, setelah tujuan disampaikan maka dibutuhkan penjelasan teoritis tentang mengapa tujuan itu diperlukan dan unjuk kerja apa yang harus dicapai. Fase ketiga demonstrasi, pada fase ini ditunjukkan gambaran , model tingkah laku , film, video atau demonstrasi secara langsung unjuk kerja yang tepat.  Fase keempat praktek simulasi, siswa atau peserta training akan mengerjakan tugas dari tiap tiap elemen prosedur dan diberikan feedback sebagai control ketepatan unjuk kerja yang ditampilkan.  Fase kelima, transfer pada kondisi yang sesungguhnya.  Pada awalnya transfer diawali dengan control dari guru atau pelatih tetapi kemudian siswa atau peserta akan mengoreksi tindaknnya sendiri dan secara bertahap kecakapannya meningkat.
Siswa memiliki pilihan yang berbeda dalam pelatihan. Ada yang menyukai dikontrol dan ada yang tidak.  Siswa yang tidak suka dikontrol akan sulit belajar apabila pelatih terlalu mengontrolnya. Mereka memerlukan otonomi yang lebih besar untuk menyelesaikan tugasnya dan akan memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri. Tetapi siswa yang lain mungkin memerlukan umpan balik dari luar untuk bisa belajar. Sistem sosial yang optimal untuk aplikasi training model   memadukan  tujuan dan pola pelatihan yang cocok untuk bermacam macam tipe pebelajar.
Pelatih, guru atau tutor yang menggunakan training model memberikan umpan balik sesuai tingkat kemampuan peserta. Hal yang sangat penting adalah bahwa umpan balik yang diberikan cukup akurat, lengkap dan detail untuk peserta pelatihan memahami kemampuannya. Idealnya guru memberikan cara bagi peserta untuk mengoreksi dirinya sendiri. Prinsip prinsip ini mengacu pada teori bahwa manusia merupakan sistem yang mampu mengoreksi informasi bagi dirinya sendiri, jika diberikan umpan balik tentang sifat  dan akibat unjuk kerjanya, mereka akan mengoreksi dirinya sendiri.
Guru atau sekolah menyediakan peralatan dan bahan untuk siswa agar minimal dapat melakukan praktikum pada saat jam belajar. 
Aspek dari model ini kebanyakan berdasarkan intuisi- saat kita bekerja dengan peserta pelatihan, kita melakukan demonstrasi dan kemudian memberi petunjuk saat mereka berlatih. Untuk tingkah laku (ketrampilan) yang sederhana, yang diperlukan hanya demonstrasi dan pemberian petunjuk saat latihan.  Tantangan untuk pendidik ketrampilan yang lebih kompleks tergantung pada konseptualisasi yang masuk akal dan definisi tugas, pengurutan yang teliti dan demonstrasi yang diikuti dengan pemberian petunjuk saat latihan, pertama dibawah kondisi simulasi untuk memastikan tercapainya kemampuan komponen komponen kecakapan dan integrasi kecakapan kecakapan itu menjadi satu kesatuan yang coherent.
B.     Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok diperlukan dalam diskusi maupun dalam praktikum.  Pembelajaran kelompok didukung oleh teori teori Vygotsky, dimana interaksi sesama teman memajukan pemikiran siswa.  Jadi guru dan teman sebaya dapat memberi kontribusi bagi proses pembelajaran.Vygotsky menekankan bahwa guru harus menciptakan banyak kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam mengkonstruksi pengetahuan bersama (Santrock, 2004:390)
Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran kelompok efektif jika disediakan penghargaan bagi kelompok dan setiap individu dimintai pertanggungjawaban. Metode evaluasi untuk mengukur kontribusi individu diberikan dengan pemberian tes individual (Santrock, 2004:398).  Hal ini untuk menghindari ketidakseimbangan kontribusi dalam kelompok.
Pembentukan kelompok sebaiknya adalah kelompok heterogen, terutama secara akademis. Dalam kelompok heterogen, siswa dapat berelaborasi dengan berbagai pendapat yang beranekaragam sehingga siswa dapat menerima perbedaan yang ada. Selain itu, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi guru mendapatkan suatu asisten untuk setiap tiga orang.
Bagaimana membuat kelompok heterogen? Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengurutkan kemampuan akademis siswa dari siswa yang mempunyai nilai akademis tinggi ke siswa yang berkemampuan rendah. Langkah kedua adalah membuat kelompok pertama yang terdiri dari satu orang siswa yang mempunyai kemampuan akademis tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu orang berkemampuan rendah dan begitu seterusnya.
  • Evaluasi dan Penilaian
Sesuai dengan kurikulum SPP Pelaihari, penilaian diberikan untuk kemampuan intelektual dan kemampuan psikomotorik. Komposisi penilaian adalah 20% untuk tugas, 30% untuk ujian tengah semester dan 50% untuk ujian semester.
Untuk kemampuan intelektual soal diberikan dalam bentuk pilihan ganda maupun esai. Sedangkan hasil pembelajaran procedural sulit untuk diukur dengan tes tertulis.  Metode penilaian yang popular digunakan adalah checklist, skala dan rubrik     ( Cruickshank et all, 2006: 302). 
Contoh instrumen penilaian untuk ketrampilan psikomotorik.
No
Ketrampilan
Skor
0
1
2
3
4
5
1
Menimbang jerami
2
Menimbang urea
3
Membuat larutan urea
4
Menyemprotkan larutan urea
5
Memasukkan dan memadatkan jerami
6
Mengikat kantong plastik
7
Hasil jerami amoniasi
Skala penilaian untuk ketrampilan psikomotorik di SPP Pelaihari adalah 10 dimana nilai kehadiran 4 dan nilai pekerjaan 6.
Kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran usaha teknologi produksi HMT dan IPT adalah 70%.  Siswa dinyatakan telah berhasil apabila telah mengikuti proses dan memenuhi tugas tugas individu maupun kelompok serta wajib mengikuti ujian tengah semester dan ujian semester.  Apabila belum memenuhi salah satu proses tersebut maka siswa dinyatakan belum berhasil dan kepadanya diberikan kesempatan untuk melengkapi atau mengikuti ujian ulang atau remedial.  Namun apabila hingga batas akhir belum dapat memenuhi kewajibannya siswa dinyatakan tidak berhasil. 
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. Edisi ketujuh .Terjemahan. Pustaka Pelajar.
Cruickshank, D.R. et al. 2006. The Act of Teaching. Fourth Edition. Mc Graw Hill
Dahar, R.W.  1988. Teori Teori Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Dick, W., Carey, L., dan Carey, J.O. 2001. The Systematic Design of Instruction. Fifth Edition. Longman. New York..
Djiwandono, S.E.W. 2004.  Psikologi Pendidikan. Grasindo. Jakarta
Gagne, R.M. 1977. The Conditions of Learning. Third Edition. Rinehart and Winston. New York
Hartley, J. 1985.  Designing Instructional Text. Second Edition. Nichols Publishing Company. New York.
Hartley, J. 2004.  Designing Instructional and Informational Text.  (Edited by Jonassen, D.H. ) Prentice Hall International. New York. http://www.aect.org/edtech/34.pdf diunduh 22 Januari 2012
Joyce, B. and Weil, M., 1980. Models of Teaching. Second Edition. Prentice/ Hall International Inc.
Santrock, J.W. 2004.  Psikologi Pendidikan.  Terjemahan. Prenada Media Group. Jakarta.
Slavin, R.E. 2006.  Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Edisi kedelapan. Terjemahan oleh Samosir, M. Indeks. Jakarta.